Lorong menuju dermaga Waduk Sermo cukup lengang, minggu pagi itu pengunjung di Waduk Sermo tidak terlalu banyak. Hanya beberapa mobil yang nampak terparkir di depan pintu loket dermaga Waduk Sermo. Entah karena kepagian atau memang cuaca yang mendung membuat orang males untuk piknik..
Seperti biasa bersama tim hore aka mas bojo dan duo anak lanang piknik bareng di minggu pagi itu. Jam masih menunjukkan pukul setengah 10 saat kami sampai di Waduk Sermo. Jujur saya agak bingung obyek wisata di Waduk Sermo itu pusatnya yang mana, ada beberapa titik yang ramai pengunjung tapi cuma duduk-duduk aja, saya meminta suami untuk mengelilingi Waduk hingga ke ujung dan nyampe ke jalan desa dengan jalan aspal yang sudah berganti tanah. Akhirnya kami balik arah dan berhenti di dermaga itu.
Pemandangan dari atas cukup bagus, waduk Sermo seluas 7.1542 Ha nampak seperti lautan yang dikelilingi bukit bukit kecil. Dari rumah saya sudah berencana untuk naik perahu mengelilingi waduk Sermo, cuma sedikit kawatir duo anak lanang mau nggak ya diajak naik perahu. Biasanya mereka takut begitupun Mas Bojo yang anti naik perahu. Jadi inget pas nyebrang ke Bali pakai kapal Feri segede gitu tapi nervous dan cuma duduk diam di deket tempat penyimpan pelampung. LOL
Si adek ama Mas yang masih lengkat lengkot diajak naik perahu |
Pelan-pelan saya ajak duo anak lanang ke dermaga. Saya coba rayu biar mau naik perahu, berhasil sih ngajak Mas Nathan aja. Dek Saka cuma ngeliatin dari dermaga. Naik perahu di Waduk Sermo murah gaes. Seinget saya cuma sepuluh ribu per orang. Anak dan dewasa harga tiket nya sama. Yang bikin seneng, setiap perahu dilengkapi banyak pelampung. Sayang nggak dibagiin satu satu untuk dipake. Jadi cuma buat jaga-jaga. Tapi ada serombongan keluarga yang kekeh langsung minta pelampung dan memakainya. Bener juga sih, demi keselamatan. Ngeri juga liat di berita-berita kalau ada kapal tenggelam dan penumpang tidak mengenakan pelampung hingga tenggelam. Jika ada antisipasi seperti penggunaan pelampung pasti korban dihindari.
Perahu yang saya tumpangi tidak terlalu penuh. Masih ada dua deret kursi yang kosong. Seneng sih bisa leluasa duduk dan nggak takut tenggelam karena kelebihan muatan. Nathan mulai enjoy menikmati suasana kapan dan tidak takut-takut lagi. Berbagai pertanyaan langsung dia sampaikan ke saya. Nanti kalau ada hiu gimana sampai di hutan sana ada monyetnya ga, lumayan bikin bibir saya agak capai menjawab segala keingintahuan mas Nathan.
Waduk Sermo ternyata cukup luas, butuh lebih dari 20 menit untuk mengelilinginya. Bagi kamu yang suka poto-poto, ada obyek wisata baru di tengah waduk Sermo gaes. Pemuda daerah waduk Sermo mengembangkan wisata di sana. Ada Taman Bambu di tengah waduk, dari dermaga pertama bisa turun ke dermaga ketiga dan bayar tiket lagi untuk diantar naik perhu ke tengah tengah waduk dan pengunjung bisa berfoto menggunakan berbagai properti seperti orang desa. Ada caping, angklung, sepeda ontel dan kaum bisa pose sepuasnya dan petugas akan membantu memotret dan setiap pengunjung diberi waktu 10 menit dengan tiket masuk 5 ribu rupiah.
Saya pengen turun juga ke dermaga dan poto poto cantik di Taman Bambu Air, tapi waktu nggak memungkinkan. Antrenya banyak dan dek Saka nunggu sama Bapak, kalau kelamaan takut dia rewel. Kayaknya saya harus ke sini lain waktu. Perahu yang saya tumpangi melaju lagi meninggalkan penumpang lain yang hendak berfoto di taman bambu air.
kalau senja kayaknya bagus mbak :) bagus buat poto dan menikmatinya
ReplyDeletewaah.... seru yah ngajak bocah2 jalan2.... bisa banyak belajar juga...
ReplyDeleteSaya 2 kali ke Sermo pas musim kemarau, jadi airnya pas surut. Pengen kesana lagi n nyobain naik perahunya.
ReplyDelete