Legenda Sumber Air Panas Candi Gedong Songo



"Buk, itu asap apa ya kok putih-putih" tanya Nathan, anak sulung saya.

"Disana ada sumber air panas Mas, ke sana yuk" Jawab saya

"Takut ah, Buk ntar Nathan kepanasan" Nathan enggan saya ajak ke bawah, sumber asap putih yang mengepul

"Nggak papa, cuma ada air panas kok, nanti Mas juga bisa lihat asap yang keluar dari tanah di balik bukit sana" Saya mencoba merayu Nathan supaya mau jalan menuju sumber air panas. 

"Nanti Ibuk ceritain cerita Raksasa yang menculik Dewi"

"Bener Buk?" Nathan excited mendengar ajakan saya

"Yuk, jalan"

"Oke, Buk" Saya lantas menggandeng tangan dia sedang Mas Bojo menggendong dek Saka

***

 




Siang itu, saya bersama tim hore meluncur dari kota Semarang menuju lereng Gunung Ungaran tepatnya di Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Setelah berpanas-panas ria selama sehari  semalam di kota Semarang kami memutuskan untuk pulang ke Jogja dan mampir dulu di Candi Gedong Songo.

Ohya gaes, pesona Jawa Tengah tak hanya Candi Borobudur tapi provinsi dengan ibukota Semarang ini juga punya Candi lain yang tak kalah indah yaitu Candi Gedong Songo.  Apalagi didukung  keindahan alam sekitar candi yang merupakan daerah pegunungan dan untuk menuju ke candi satu dan candi berikutnya dibutukan perjuangan extra keras. Yes, kamu perlu mendaki  lereng Gunung Ungaran sembari meilihat jajaran pohon pinus yang menghijau.

Jika kamu berasal dari luar Jawa Tengah, paling dekat sih naik pesawat turun di Semarang. Dari Semarang tinggal sewa mobil ke Ambarawa.

Di musim liburan obyek wisata Candi Gedong Songo dipadati oleh pengunjung, salah satu kerepotan selain jalan menanjak dengan kemiringan hampir 40 derajad adalah susahnya mencari tempat parkir. Bus besar parkir di parkir bawah dan pengunjung bisa naik menggunakan ojek, jika membawa mobil sendiri bisa parkir sampai atas tapi sopir harus ekstra hati-hati karena bakal sering berhenti pas  ditanjakan karena menunggu dapat tempat parkir.  Jadi pastikan mobil kamu benar-benar fit  berikut sopirnya, jangan sampai salah kopling dan bikin kampas kopling kamu terbakar.



Perjalanan Menuju Candi Gedong Songo



Perjalanan dari Semarang ditempuh dengan jarak sekitar 1,5 jam, kalau dari Jogja mungkin sekitar 4 jam perjalanan. Candi Songo berada diatas daerah Bandungan, jadi saat turun  bakal melewati pasar Bandungan yang rame dengan penjual bunga di tepi jalan.






Tiket masuk ke obyek wisata Bandungan cukup terjangkau, perorang hanya Rp. 7500,- Di sepanjang jalan menuju ke atas banyak penjual mendoang panas yang cukup menggoda. Saya memutuskan untuk beristirahat sebentar di pendopo sembari menyuapi anak lanang. Karena memang sudah jam makan siang. Cuaca yang dingin dan sejuk  langsung terasa. Baju panjang sebagai dobelan saya pakaikan ke duo anak lanang. Karena mereka nggak mau pake jaket.  Tak lupa saya mengolesi perut mereka dengan minyak dulu.






Sobat Prima, kompleks candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi. Gedong Songo berasal dari bahasa Jawa, “Gedong” berarti rumah atau bangunan, “Songo” berarti sembilan.  Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).

Walaupun namanya Candi Gedong Songo, tapi candi yang ditemukan hanya berjumlah lima.  Komplek candi ini terdiri atas sembilan buah candi, yang berderet dari bawah ke atas yang dihubungkan dengan jalan setapak bersemen. Satu bangunan Candi yang berada dipuncak paling tinggi disebut puncak Nirwana. 


OKe gaes, simak perjalanan berkeringat kami yaaaaaa,




Jika kamu suka berkuda dan berani naik kuda, sok atuh naik kuda ajah, lebih cepet nyampe atas dan nggak capek.  Tapi, duo anak lanang belum berani naik kuda ya sudah kami jalan santai sambil nyanyi naik naik ke puncak gunung. LOL. Tarif naik kuda bisa ditawar kok, tergantung kamunya mau sampai puncak candi ke berapa. Kalau sampai candi terakhir kayaknya wisatawan dikenakan bea Rp. 150.000. Lumayan nyedot ongkos juga sih. Jalan waelah biar sehat. #emakkudungirit.







Perjalanan menuju candi pertama sih masih landai landai aja. Ada taman dengan rerumputan hijau, disana  banyak yang menyewakan tikar. Bagi yang males naik atau nggak kuat, cukup bersantai disini sambil menikmati pemandangan di bawah udah cukup indah lho. 







Gunung Ungaran samar-samar terlihat karena kabut mulai turun. Saya mengajak mas bojo dan duo anak lanang bergegas, takutnya terjebak kabut diatas atau malah turun hujan. Bagi anak lanang itu kali pertama mereka harus hiking lumayan jauh. Harapannya sih mereka ngga minta gendong.







Candi Gedong I berbentuk persegi panjang yang tidak terlalu besar, berdiri di atas batur atau kaki candi setinggi 1 m dengan pahatan relief sulur dengan bunga padma , didalamnya hanya ruang kosong tanpa relief sedang bagian luar dipahat sederhana dengan gambar bunga sederhana.






Perjalanan menuju candi II lumayan menghibur alias bikin keringetan. Anak lanang sempat minta berhenti minta minum. Capek kata dia. Tapi kami tetap jalan terus. Pemandangan di sekeliling  membuat kami sedikit melupakan rasa lelah. Pohon pinus berjajar rapi di kanan kiri jalan. Ada beberapa perangkat untuk outbond dan sepertinya memang ada paket wisata outbond juga disini.





Candi II mulai terlihat dan membuat kami lega. Setelah berjalan selama 20 menit dengan ngos-ngosan ternyata kami sampai juga di Candi II.





Candi gedong II berdiri diatas sebuah batur yang berbentuk bujur sangkar dengan luas 2,2 m persegi dan tinggi 1 meter. Pada bagian atas batur memebentuk selasar dengan lebar setengah meter yang mengelilingi candi. Pada badan candi dibagian sisi luar di ketiga dindingnya terdapat ceruk kecil sebagai tempat untuk meletakan arca. Ceruk ini dihiasai dengan dua kepala naga pada bagian bawahnya dan kalamakara pada bagian atas. Di bagian luar ceruk dihiasi dengan pahatan pola kertas tempel. Sedang bagian atas candi hanya terlihat reruntuhannya saja. Dibagian depan candi terdapat sebuah reruntuhan bangunan candi kecil yang dikenal dengan nama candi perwara yang memiliki fungsi seakan-akan sebagai penjaga


 



Perjalanan dari Candi II menuju Candi III lebih dekatlah daripada dari Candi I ke II. Jalan juga lebih rata karena rute pejalan kaki dan kuda sudah mulai sama. Kita bakal sering berpapasan dengan kuda. Hal itu yang kadang bikin perjalanan tersendat, duo anak lanang takut kuda #elapkringet.








Candi gedong tiga merupakan sebuah kelompok candi yang terdiri dari 3 buah candi besar. 2 buah candi besar menghadap ke timur dan terlihat seperti candi kembar dan berbentuk seperti candi gedong II. Disamping pintu mamsuk 2 candi ini terdapat relung yang berisi arca Siwa denagn posisi berdiri dengan gada panjang di tangan kanannya. Sedangkan sebuah candi yang lainnya menghadap ke arah barat dengan ukuran yang lebih kecil. Candi kecil ini diperkirakan berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Pada dinding candi utama terdapat relung yang berisi arca Ganesha dan Durga bertangan 8.







Lokasi ini cocok lho untuk photo prewedding, pas saya ke sana juga ada sepasang calon manten yang sedang menjalani sesi pemotretan. Kalau saya kok mikir mikir yaaa, mau foto-foto pake kebaya tapi jalan kaki kauh banget. Namanya perjuangan kali yaaa. J







Candi IV terlihat dari kejauhan dan kami memutuskan untuk tidak kesana karena kabut mulai turun. Jam sudah menunjukkan pukul dua, jalan menuju ke Candi IV dan V paling enggak embutuhkan waktu 1 jam karena jaraknya masih lumayan jauh dan menanjak. Kami memutuskan untuk ke sumber air panas yang letaknya di bawah Candi III. Pengennya sih berendam air panas tapi ngga jadi karena ga bawa baju ganti.







Asap mengepul sudah terlihat begitu kami menuruni jalan kecil dari Candi III. Asap belerang lumayan menusuk hidung dan membuat kami harus menutup hidung. Ada kolam dan pengunjung bisa berendam. 




Semula Nathan merasa enggan untuk jalan menuruni bukit menuju kolam rendam air panas Candi Gedong Songo. Tapi setelah saya rayu dan saya janjikan untuk menceritakan legenda asal mula sumber air panas itu dia bersedia.


Legenda Sumber Air Panas


Menurut cerita rakyat setempat Gunung Ungaran tempat Candi Gedong Songo ini berdiri dahulu kala digunakan oleh Hanoman untuk menimbun Dasamuka dalam perang besar memperebutkan Dewi Sinta. Seperti diketahui dalam cerita pawayangan Ramayana yang tersohor itu Dasamuka telah menculik Dewi Sinta dari sisi Rama, suaminya. Untuk merebut Sinta kembali pecahlah perang besar antara Dasamuka dengan bala tentara raksasanya melawan Rama yang dibantu pasukan kera pimpinan Hanoman. 



Dasamuka, raksasa yang memiliki 10 wajah

Syahdan dalam perang tersebut Dasamuka yang sakti tak bisa mati kendati dirajam berbagai senjata oleh Rama. Melihat itu Hanoman yang anak dewa itu kemudian mengangkat sebuah gunung untuk menimbun tubuh Dasamuka. Jadilah Dasamuka tertimbun hidup-hidup oleh gunung yang kemudian hari disebut sebagai gunung Ungaran. Dasamuka yang tertimbun hidu-hidup di dasar gunung Ungaran setiap hari mengeluarkan rintihan berupa suara menggelegak yang sebenarnya berasal dari sumber air panas yang terdapat disitu. Sumber air panas yang mengandung belerang itu sendiri akhirnya menjadi tempat mandi untuk menghilangkan beberapa penyakit kulit. 
Pada masa hidupnya konon Dasamuka gemar minum minuman keras hingga siapapun yang datang ke Gunung Ungaran dengan membawa minuman keras akan membangkitkan nafsu Dasamuka. Mencium aroma miras erangan Dasamuka makin menjadi-jadi, ditandai sumber air panas makin menggelegak. Kalau sampai tubuh Dasamuka bergerak-gerak bahkan bisa menimbulkan gempa kecil. 


Puas melihat asap mengepul, kami memutuskan untuk segera pulang, takut kesorean dan perut sudah kerongcongan minta diisi.  Perjalanan pulang tak terasa begitu berat karena tidak mendaki. Banyak penjual aksesoris di sepanjang jalan. Begitupun dengan warung warung yang dipadat pengunjung. Kamipun makan sate kelinci yang merupakan makanan khas daerah pegunungan.





Sobat Prima, jika anda berencana untuk berwisata ke Jawa Tengah  obyek wisata Candi Gedong Songo bisa jadi satu pilihan. Selain belajar sejarah, mengenal candi, kita juga bisa menikmati keindahan serta sejuknya alam di  lereng gunung Ambarawa. 

***

"Ibuk, aku ngga mau jadi jahat kayak Dasamuka" 

"Kenapa Mas?"

"Nanti ndak dikubur Hanoman di tanah"

"Makanya jangan nakal dan jadi anak baik, biar Hanoman nggak marah ya"

"Oke Buk"



Perjalanan menuju Jogja diwarnai dengan pertanyaan yang tak henti-henti dari Nathan tentang Dasamuka, Hanoman, Wayang dan Gunung hingga dia terlelap karena kelelahan.

Ambarawa jauh tertinggal, seiring menghilangnya kabut dari pandangan mata. Senja itu kami pulang membawa kenangan akan indahnya Candi Gedong Songo sekaligus nilai kehidupan dari legenda Dasamuka dan Hanoman.

Piknik bukan sekedar menghabiskan waktu di hari libur, tapi bagaimana kita menikmati alam ini, sendirian atau bersama keluarga. 

Selamat piknik Sobat Piknik, besok long weekend tuh, yuk kita piknik ke Jawa Tengah.

” Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Legenda pariwisata Jawa Tengah 2017 yang diselengarakan oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah”

Comments

  1. Aku pernah ke sini sekali mbak...cakep banget! Sejuk...seger. Bikin sehat pula 😃

    ReplyDelete
  2. Waduh baru tau kalo sumbr air panas di gedong songo ada legendanya juga mbak prim :D
    Candi gedong songo memang identik dengan kudanya, tapi tak lihat2 kok ngeri ya, soale jalannya kan lumayan curam. Apalagi naik kuda dan pas turun. Rasanya mau jungkel kalo hehe

    ReplyDelete
  3. Lengkap ya..ada candi, pepohonan..masuk list kl liburan ke seputaran Jogja nih..*naseb gak domisili Jogja lg..

    ReplyDelete
  4. Mak, ajak aku mak.
    plis mak ajak aku
    aku belum pernah ke sana -_-
    tapi sudah bermimpi

    ReplyDelete
  5. Tahun lalu aku nginep di Bandungan, tapi enggak ke sini. Huhuhuhu...

    ReplyDelete
  6. Aku terakhir ke Gedong Songo sama Adit pas hamil Aiden, cuman kuat sampai Candi berapa yah, II atau III njuk turun meneh dan jajan-jajan hahaha. Dulu pas kecil sampai ke candi terakhir tapi udah lama banget.

    ReplyDelete
  7. butuh perjuangan untuk mendapatkan keindahan yaa mba. ni si kecil hebat ahh, kuat jalan secara jaraknya lumayan jauh

    ReplyDelete
  8. wiiiih, sebenernya sebanding sih ya 150rb itu, krn kayaknya rutenya memang jauh ke candi yg paling terakhir ya mba.... tp itu PP kan yaa kudanya? kayaknya kalo aku kesana, mending naik kuda wkwkwkwkw...

    mitos2 cerita begini aku suka, krn bisa aku ceritain lg ke anakku :)...

    ReplyDelete

Post a Comment

Jangan lupa komentar yaa Sobat Piknik