Jogja masih gelap ketika mobil yang saya tumpangi melaju menuju kota Semarang. Tepat pukul 4 dini hari, saya meninggalkan Jogja untuk mengikuti acara #FamTrip2017 yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kota Semarang dan Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang (BP2PKS). Saya sudah tak sabar menanti keseruan #FamTrip2017 yang pastinya bakal rame karena diikuti 23 travel blogger dari berbagai kota dan 2 blogger dari Malaysia.
Satu persatu peserta dijemput oleh pihak penyelenggara, ada yang dari bandara, stasiun hingga pool agen travel kayak saya, kemudian kami sarapan di Soto Pak Man yang femes di Semarang. Ehm, cucok banget gaes. 4 jam duduk di dalam mobil membuat tubuh kaku, kayaknya perlu dilemesin pake Soto. ((lhoh apa hubungannya)). Lol
![]() |
Soto ayam, tempe goreng dan sate uritan membuat pagiku lebih semangat |
Bagi orang Jogja dan Jateng, soto itu makanan yang paling diminati sebagai menu sarapan, berkuah, panas, seger, ditambah sambal dan kecap. Badan lemes habis perjalanan jauh langsung berasa dicharge gaes. Nggak salah pilihan dari panitia, soto Pak Man memang JOS.
Urusan perut selesai begitupun sesi cipika cipiki ama temen blogger, kami harus segera "bekerja" keliling kota Semarang dan mengeksplore kekayaan desa wisata di Kota Semarang. Hari pertama ( 5 Mei 2017) kami mengunjungi Gua Kreo, Bendungan Jatibarang, Desa Wisata Jatirejo dan menghadiri perayaan Semarak Gempita Orchestra di Balai Kota Semarang.
Gua Kreo, Legenda Monyet Penjaga dan Sunan Kalijaga
Lokasi pertama yang kami kunjungi yaitu Gua Kreo yang berada dioa Kreo, Kandri, Gunung Pati, Kota Semarang. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kota Semarang, sekitar setengah jam perjalanan. Obyek Wisata Goa Kreo terkenal akan monyetnya yang cukup banyak, keberadaan kera itu tak lepas dari sebuah legenda lawas.
Goa Kreo dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu jati untuk membangun Masjid Agung Demak. Menurut legenda Sunan Kalijaga bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut.Kata "Kreo" berasal dari kata "Mangreho" yang berarti peliharalah atau jagalah.
Turun dari bus kami disambut puluhan kera, mereka asyik menatap kami seolah mereka berkata "kok mirip ya" LOL. Kera-kera itu sudah terbiasa dengan manusia dan sama sekali tidak mengganggu pengunjung, kecuali kamu membawa makanan yang sangat mencolok dan itu menarik perhatian mereka.
Untuk mencegah para kera merebut makanan dan sekaligus memberi hiburan bagi pengunjung, setiap weekend atau hari libur nasional di Gua Kreo diadakan Panjat Pinang khusus untuk para kera. Wah, baru sekali ini lihat panjat pinang yang diikuti para kera, pastinya seru banget gaes.
Bambu sebagai pengganti pohon pinang telah berdiri dengan puluhan makanan kesukaan kera yang bergantung di bambu kecil yang melintang dan di tali. Ada jagung, pisang, bahkan ada minuman berwarna seperti sirup.
Satu persatu kera menguji peruntungan mereka dengan meniti tali dan memanjat bambu. Semula hanya beberapa kera yang naik, hingga lama kelamaan mereka saling berebut dan semakin banyak kera yang berebut makanan dengan berkompetisi memanjat bambu.
Puas menyaksikan para kera memanjat bambu, kami beranjak menuju Gua Kreo di bukit Kreo yang berada di tepi Bendungan Jatibarang. Jembatan dengan lengkungan besi berwarna merah terlihat dari kejauhan. Puluhan anak tangga bersiap menyambut kami. ((siapkan energi)).
Langit siang itu terlihat sangat cantik. Biru dan syahdu ((halah)). Sayang tak ada kamu disini ((gombal)). Ehm, jembatan di Gua Kreo cakep banget lho gaes, kayaknya cucok deh buat foto prewedd. Kalau yang udah laku foto pasca wedding juga boleh ajah kok.
Gua Kreo berada di dinding bukit berbatu, disana ada lorong yang konon digunakan untuk bertapa Sunan Kalijogo. Kami tak berhenti disitu saja, tapi terus menaiki bukit lewat jalan setapak berbatu dna penuh dengan akar pohon.
Ehm, menaiki bukit di siang hari bolong dan tanpa membawa air minum cukup menguras tenaga. Gembrobyos gaes. Umur memang tidak bisa ditipu, naik bukit kecil ajah daku udah ngos-ngossan. Tapi, sampai di atas rasa lelah terbayar dengan melihat batu-batu gaib. Konon, batu-batu kecil itu dulunya ada di muara sungai dekat bendungan. Banyak orang yang meninggal karena tenggelam ataupun kecelakaan seperti terpeleset. Hingga suatu waktu ada warga yang bermimpi jika batu-batu kecil itu "minta" dipindah ke atas bukit karena dulunya berada di sana. Tapi, cara membawa membawa batu itu cukup unik. Yaitu digendong memakai selendang layaknya menggendong bayi.
Satu persatu batu dibawa ke atas dan sejak itu jarang terjadi lagi kecelakaan di sungai tersebut. Walaualam ya gaes.
Makan Siang di Tepian Bendungan Jatibarang
Alarm di perut saya mulai berbunyi, ku tengok jam di pergelangan tangan dan menunjukkan pukul satu siang. Beberapa teman sudah selesai menunaikan sholat Jumat dan kami harus segera kembali ke bus untuk menuju lokasi makan siang. Masih disekitaran Bendungan Jatibarang, di sisi lain bendungan.
Tak sampai seperempat jam rupanya kami sudah sampai di Dermaga Waduk Jatibarang. Ikan bakar berukuran jumbo sudah tersedia di depan mata. Masyarakat di desa wisata sudah berbaik hati menyiapkan makan siang untuk kami. Yang paling seger ada minuman es tape dengan beberapa varian rasa, strawbery dan melon.
Selain menikmati kuliner ikan bakar, pengunjung dapat menikmati waduk Jatibarang dengan cara lain, yaitu naik speedboat. Beberapa speedboat sudah sudah nongkrong manis di tepian dermaga. Saya pengen banget naek, tapi waktu tidak memungkinkan karena kami harus segera mengunjungi desa wisata Jatirejo.
Desa Wisata Jatirejo, Sentra Penghasil Kolang-Kaling
Waduk Jatibarang di kelilingi oleh beberapa desa salah satunya desa Jatirejo. Masyarakat di desa Jatirejo begitu kreatif, mereka menata sebuah selokan menjadi tempat duduk dari bambu yang etnik dan sangat menarik. Sudut desa ditata hingga menyerupai taman. Tak hanya itu, masyarakat desa Jatirejo juga memiliki warung hidup, mereka membudidayakan tanaman obat dan dikelola agar dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Es kolang-kaling spesial dengan serutan kelapa muda menjadi "welcome drink" kami. Suguhan cemilan ala desa benar-benar mengobati rasa kangen. Dari ubi goreng, pisang rebus, hingga semacam bakwan dengan isian nangka. Wah, unik banget gaes, biasanya nangka muda dimasak dan dibikin gudeg ini digoreng.
Yang spesial dari Desa Jatirejo adalah kolang-kaling, desa ini merupakan produsen kolang kaling terbesar di Jawa Tengah. Kolang-kaling sendiri berasal dari pohon aren yang tumbuh ditepian waduk dan tidak bisa tumbuh disembarang tempat.
Proses pengolahan kolang-kaling cukup memakan waktu, dari direbus kemudian dikupas dan direndam kembali selama 3 hari, dipipihkan lalu direndam lagi. Ada tiga simbah yang dengan terampil memipihkan kolang-kaling, kata pemilik usaha ini, tak semua orang bisa memipihkan kolang-kaling dengan pas. Butuh ketrampilan khusus dan teknik "perasa". Tak semua kolang-kaling bisa ditreatment sama. Ada yang cukup sekali, ada pula yang harus beberapa kali dipipihkan agar bisa tipis.
Menjajal Olahraga Ekstrim Trabas
Nah ini yang paling saya tunggu gaes, wisata esktrim naik trail dari desa menuju tepi waduk Jatibarang. Saya mencoba satu trail, dan jalan di track lurus sih berani tapi nyali saya belum berani diuji kalau di jalan terjal berliku gaes.
Beberapa trail sudah disiapkan dan kami diajak untuk menaiki trail masuk ke hutan kecil dipinggiran desa. Track menantang siap menghadang, jika kamu hobi ngetrail boleh dah cobain track di desa Jatirejo. Atau kalau cuma mau bonceng juga bisa, lebih aman. Hahahha.
Naik trail itu bikin keringetan gaes, body ngga lelah sih tapi hati yang ketar ketir takut jatuh dan kita seperti naik trampolin, dan diguncang-guncang karena jalan terjal dan licin. Ehm, butuh keahlian khusus untuk bisa menyelesaikan track tanpa terjatuh.
Badan penuh keringat dan muka kucel tapi hati hepi banget, seharian bisa berhaha-hihi bareng temen blogger yang kocak, lihat kera panjat pinang, menyaksikan proses pengolahan kolang-kaling, amakn ikan bakar yang lezat dan diakhiri dengan petualangan trabas yang cadas.
Kota Semarang yang selama ini saya tahu hanya dari bandeng presto, gemerlap kota hingga panasnya tepian pantai ternyata menyimpan obyek wisata yang sangat menarik. Keseruan #FamTrip2017 benar-benar membekas, saya tak lagi bingung kemana harus mengajak duo anak lanang piknik atau memilihkan destinasi wisata bagi teman kantor di akhir tahun nanti. Kota Semarang menyimpan banyak potensi wisata karena masyarakat yang sadar wisata dan mau mengembangkan diri.
Ehm, abaikan muka saya yang udah amburadul itu ya gaes, karena setelah itu saya harus balik ke hotel dan menyaksikan pagelaran musik orkestra di balai kota Semarang. Ulangtahun ke 470 kota Semarang benar-benar di rayakan dengan meriah. Seperti apa kemegahan pagelaran musik di balaikota, simak cerita piknik selanjutnya.
Jangan lupa piknik, biar nggak panik ya gaes,
gmana daftarnya acara famtripblogger mbak
ReplyDeleteSempet dishare temen blogger kemudian disaring kak.
Deletewah sarapannya soto! hahaha
ReplyDeletesaya bukan orang yang terbiasa sarapan dengan yang berat-berat euy
sarapan cukup dengan kue dan kopi saja, kalau berat-berat malah susah ke belakang hahaha
tapi main trabasnya emang seru, kemarin itu pertama kalinya nyobain motor trail
Itu soto porsi kecil kak Daeng, biasanya mangkoknya yg ada ayam jago itu, lebih besar.
Deletedapet info farmtrip nya darimana mbak? kepo ini hihi
ReplyDeletewah aneh-aneh aja ini, ada panjat pinang untuk monyet segala. unik tapi.
lokasinya asik buat wisata bareng keluarga ya mbak di kawasan waduk jatibarang :)
Ada info dari temen blogger tes dipilih kak. Semoga tahun depan bisa gabung ya
DeleteAsik banget ya, Mak Ma. Itu trail Mak Ma pas banget Hello Kitty, hahaha.
ReplyDeleteIya Mak Ges, trailnya girly, jadi pengen punya ๐
DeleteSeru banget kak perjalanannya.
ReplyDeleteIya mbak, apalagi ketemu temen blogger dari luar kota.
DeleteWahh kak prim tetep hebat masih mau nanjak lagi habis dari goa kreo haha
ReplyDeleteAbis itu lemes kak Len, pengen pingsan ๐
DeleteJadi inget waktu masih ngantor, tiap kali dapat tugas ke Jawa Tengah atau Jogja besama salah seorang teman, selalu aja carinya soto. Teman saya penggemar soto banget. Jadi kulinernya dari soto ke soto. Sayangnya dulu saya belum ngeblog hehehe
ReplyDeleteTrail yang Hello Kitty terlihat unik, ya. Gagah tapi unyu-unyu hehehe
Kebalikannya klo ke Bandung susah banget nyari soto mbak, iya nih trailnya feminim๐
ReplyDeleteMonyetnya atraktif ya, lincah ... kayaknya tahu kalau ada banyak yang lagi lihat dia.
ReplyDeleteSeru ini famtripnya lihat keseruan kera manjat pinang dan melihat langsung produksi kolang-kaling
ReplyDeleteSkill fotografi yang mumpuni ditunjang kamera yang apik ya mba
ReplyDeleteKalo boleh tahu kamera dan spesifikasi lensa apakah mba? AKu pingin beli mirrorless je :)
Kindly visit my blog --> bukanbocahbiasa(dot)com
Seruuu... Aku pernah ke Semarang tapi di kotanya aja, belum pernah ke semua tempat di atas itu mba.. :) Baru liat ada panjat bambu monyet, ya ampun.. :D Ternyata bikin kolang keling gak simpel ya mba.. Aku suka bgt kolang kaling.. Itu liat es dicampur kelapa seger bangeeet :D
ReplyDeleteWah tahun ini ada lagi ya mbak. Setiap semarang ulang tahun pasti ngundang blogger2 femes untuk diajak merayakannya.
ReplyDeleteBtw di sekitar waduk jatibarang udah ada gardu pandang ala2 kayak di kaibiru tapi lebih pendek sih.