Tetes air hujan membasahi kepala dan wajah saya. Saya berlari-lari kecil menuju penginapan di sepanjang Pantai Slili. Saya ketuk berkali-kali pintu yang bertuliskan Penjaga Hotel. Tak ada jawaban hingga beberapa kali saya ketuk.
"Aduh, yang jaga hotel mana sih?" Gerutu saya dalam hati. Saya agak kesal, sudah hujan dan nyari penginapan belum ketemu juga.
Saya bergegas menuju mobil. Sekenanya kepala saya lindungi dengan tangan, dari pada kepala pusing terkena air hujan.
"Udah yang hotel tadi aja yank" Saya meminta mas bojo kembali ke hotel pertama yang deket warung. Sepertinya disana ada yang jaga, karena dekat warung dan terlihat ramai.
"Semalam berapa mas" Tanya saya ke penjaga hotel. Lebih tepatnya penginapan sih, karena hotelnya sederhana bukan hotel mewah bertingkat.
"Yang pakai AC dua ratus lima puluh ribu, yang pakai kipas 150 ribu mbak" dengan cepat penjaga hotel menyahut.
"Nggak bisa kurang itu?" jiwa emak-emak tukang nawar melekat erat di jiwa saya
"Nggak bisa, malam minggu gini nanti rame tamu" dengan halus tawaran saya ditolak
"Okelah yang pakai kipas aja mas" Angin pantai yang kenceng membuat saya memilih kamar non ac saja, lebih murah juga.
"Parkir mobil dibelakang ya mbak, saya siapin kamarnya dulu"
"Ya mas"
Hujan semakin deras, saya segera mengeluarkan payung dari bagasi. Pelan-pelan saya gandeng duo anak lanang menuju ke kamar dan saya minta tunggu di teras. Mas Bojo dengan ogah-ogahan mengeluarkan tas dan kawan-kawannya. Mas Bojo saya memang gitu dah, kurang bersemangat kalau disuruh bawa-bawa barang. Lebih sigap saya, gendong ransel dan tas baju berlari menuju kamar penginapan.
"Ini kuncinya mbak" Mas penjaga menyerahkan kunci dengan gantungan plastik bertuliskan Gunung Kidul.
"Sekalian aja bayarnya mas, minta ke Bapaknya itu ya" urusan angkut-angkut saya semangat, tapi masalah duit saya lepas tangan. Hahahaha.
"Lho, kok kamarnya kayak gini buk, kok ngga ada ACnya" Mas mulai protes begitu saya membuka kamar. Tak ada spring bed empuk dan lantai kayu. Kamar sederhana dengan dipan dan kasur busa, dua bantal dan guling serta selimut tebal.
"Ya nggak papa tho, di pantai ya gini hotelnya nggak tingkat."
Ini kali pertama Mas menginap di hotel melati aka penginapan aka losmen. Dalam bayangan dia hotel itu ya kamarnya selalu mewah dan ber AC. Tapi sesekali mengajarkan mereka arti kehidupan. #halah.
"Itu kasurnya juga empuk, TVnya juga layar datar, nih ada selimut juga. Di sini juga dingin tho Mas, nggak perlu pake AC. Di luar hujan, angin dari laut juga kenceng banget" saya mencoba menjelaskan pada anak lanang.
"Udah sekarang maem aja, mau pesen apa" untuk mengalihkan perhatian saya mengajak mereka makan. Kebetulan penginapan yang saya sewa bersebelahan ama warung makan. tak perlu jalan jauh. Saya memesan mie goreng untuk anak-anak dan nasi goreng untuk Mas Bojo.
Ini kali kedua saya mengunjungi Pantai Slili. Kali pertama bersama keluarga juga plus beberapa teman blogger yaitu Mak Ima, Mak Diba, Berbi dan Tari dari Semarang. Waktu itu juga hujan deras hingga saya tak bisa turun ke pantai, cuma duduk-duduk di gazebo.
Lha, sekarang kok hujan lagi. Semoga besok pagi cuaca cerah agar saya bisa bermain di pantai bareng anak-anak. Guna membunuh waktu, saya dan anak-anak mandangin laut dari teras kamar.
Pantai Slili berada di Tepus, Gunung Kidul. Sederetan dengan pantai-pantai di sepanjang Gunung Kidul berbatasan dengan Samudera Hindia. Sekarang pantai di Gunung Kidul semakin banyak, seiring dengan kemajuan pariwisata. Pantai yang dulu sepi dan hanya digunakan untuk mencari ikan oleh penduduk sekita berubah menjadi pantai kekinian yang penuh dengan losmen dan properti-properti cantik untuk selfi. Pantai Slili letaknya setelah Pantai Krakal, ada petunjuk menuju pantai Sadranan dan pantai Slili ada di barat pantai Sadranan.
Suara ombak menghantam pantai terdengar sangat kencang. Begini rasanya tinggal di tepi pantai ya. Angin pantai yang dingin beradu dengan suara ombak. Laut seperti disebelah saya. Tapi memang benar, hotel yang saya tempati berada persis di depan pantai. Dari garis pantai tak lebih dari 10 meter. Prakiraan cuaca yang sedang buruk membuat Ibuk saya beberapa kali menelepon dan agak memarahi kenapa saya menginap di pantai.
Pagi hari cuaca lebih cerah meski masih ada awan yang menggantung. Adek dan Bapak yang masih angler seolah tak mau diganggu. Dengan mengendap endap saya mengajak Mas yang sudah bangun untuk jalan-jalan ke pantai.
Sobat Piknik, suami saya memang tidak suka pantai. Beberpa kali ke pantai dia jarang mau turun ke pantai, paling duduk-duduk di gasebo. Ketika kami nginep di Anyer dia juga bersantai di villa sendirian sedang saya dan saudara-saudara dia sudah cebar cebur di pantai.
Mas dengan asyik bermain mobil-mobilan dipasir. Itupun setelah saya paksa. Dia ogah tangannya lengket dan kotor kena pasir. Hadew, darah bapaknya mengalir ke dia rupanya. Tapi, saya harus menebar racun cinta laut. Perlahan dia mulai mengakrabi pantai dan saya ajak berjalan di bawah bukit.
Air di dekat karang lebih tenang dan bersih. Mas mau turun dan basah-basahan bareng emaknya. Beberapa ikan kecil terlihat, kami asyik menangkap ikan meski tak ada ikan satupun yang tertangkap.
Sobat Piknik, selain bermain pasir, mandi di laut kamu juga bisa snorkling disini. Di balik bukit yang ada di gambar. Airnya lebih dalam sehingga wisatawan bisa berenang sembari melihat ikan-ikan hias. Banyak penyewaan alat snorkeling seperti fin, pelampung dan kaca mata selam. Seperangkat cuma 30 ribu dan akan didampingi pemandu.
Saya nggak berani lama-lama bermain di pantai. Belum puas sebenarnya tapi takut si adek nangis jika bangun tidur tanpa melihat saya, apalagi di tempat baru. Bergegas saya mengajak Mas kembali ke hotel dan segera membersihkan diri dan sarapan bersama.
Ohya sobat piknik, jika kamu berencana menginap di Pantai Slili, jangan kuatir karena makin banyak hotel yang lebih bagus. Waktu itu beberapa hotel sedang dalam progress pembangunan, berdesign joglo dan mewah.
Di sepanjang pantai selatan memang hanya di Pantai Slili yang hotelnya bisa langsung menghadap ke laut. Pantai lain seperti Kukup, Krakal atau Sadranan jauh dari tempat parkir dan hanya bermalam di Pantai Slili kita bisa menikmati debur ombak sebagai pengantar tidur.
Traveling, bukan hanya untuk bersenang-senang. Tapi mengenalkan duo anak
lanang pada alam, pada debur ombak yang begitu kencang, pada kenyataan
jika hotel tak selalu mewah dan pada realitas jika kita harus bisa
beradaptasi dengan keadaan apapun.
Mas, ada makma yang siap mengubah losmen jadi rasa hotel berbintang. Ea ea ea..
ReplyDeleteadaptasi itu penting mbak, agar hidup lebih hidup. Dan yang pasti ajarkan anak utk dapat bertahan di segala medan. hehehe
ReplyDelete